Langsung ke konten utama

Orphan First Kill

Kamu percaya gak kalau kamu melihat anak kecil tapi sebenarnya dia sudah berusia dewasa? Aku contohnya, aku sudah berusia tiga puluh tahun, tapi ukuran tubuhku bisa dibilang seperti anak kecil. Aku akan terus berbeda dari orang lain karena penyakit yang aku derita.


Namaku Leena, orang orang mengira aku anak kecil, padahal aku seorang wanita dewasa, aku wanita yang malang. Sekarang aku tinggal di sebuah rumah sakit jiwa di Estonia, 'saarne institute'


Orang orang itu menarikku dan mengekangku di dalam psikiatri ini, dan bilang kalau Aku gila, Aku tak terima, Orang orang itu membuatku semakin gila, aku suka membanting barang apa saja ketika Aku mengamuk dan memberontak, bahkan mereka memberiku jaket pengekang, entah apa gunanya, jaket sialan ini, aku tak ingin mengenakannya, aku berusaha melepasnya hingga meninggalkan bekas luka di leher serta pergelangan tanganku.


Soal tubuh kecilku, aku sebenarnya menderita kelainan hormon tubuh, 'hipopituitarisme' namanya, yang membuat tubuhku lambat berkembang sehingga menjadikan ukuran tubuhku dua puluh kali lebih kecil dari usiaku, jadi aku menghabiskan masa hidupku seperti anak kecil, bahkan pihak psikiatri ini pernah mengira Aku anak kecil, bagaimana mungkin seorang gadis kecil sudah mengalami gangguan jiwa? Haha, lucu sekali.


Namun, jika kamu melihatku sebagai seorang gadis kecil dan mengetahui latar belakangku yang sebenarnya, kamu pasti tak kan suka melihatku. Karena di luar kesadaranku aku memiliki sifat yang ku tak peduli resikonya, yaitu menyakiti orang.


Hingga suatu hari aku ingin kabur dari rumah sakit ini, Aku tak betah berlama lama disini, aku berhasil melarikan diri dan tak ada yang mengetahui.


Aku langsung menyamar layaknya gadis kecil yang lugu dan duduk disebuah ayunan di taman bermain, hingga polisi menemukanku. Ia tidak tahu kalau aku sebenarnya pasien rumah sakit jiwa yang kabur. Polisi menanyai namaku dan kujawab namaku adalah Esther, tak mungkin aku menyebutkan nama asliku, bisa saja aku ketahuan.


Esther sebenarnya adalah seorang gadis kecil America yang hilang, yang pernah kuketahui sebelumnya, kebetulan sekali wajah gadis itu sangat mirip denganku, ini benar benar kejutan, aku tahu ini waktunya bermain.


Soal luka memar di leher dan pergelangan tanganku, jangan khawatir, sudah kututup dengan pita hitam layaknya memakai kalung dan gelang. Agar orang orang mengira aku benar benar Esther, penampilan pun ku rubah, aku mengepang rambutku menjadi dua bagian dan berpakaian layaknya gadis kecil. Dan, itu dia! Gigi! Aku sudah memakai gigi palsuku karena gigi asliku sudah tidak berbentuk. Jadi aku bisa bebas tersenyum manis. Sempurna. Tak menyangka aku sebrilian ini rupanya.


Keluarga Esther datang menemuiku, tentu saja mereka mengira aku putrinya yang hilang, sekarang aku tinggal bersama orangtua angkatku beserta satu kakak laki lakiku, mereka menyambutku dengan hangat. Aku juga sering menghabiskan waktu melukis bersama ayahku. Aku sangat senang bersamanya. Rupanya kami berdua sama sama hobby melukis.


Tak ada halangan, semua berjalan baik baik saja. Hingga aku menyadari perubahan sikap ibuku, entah aku yang bodoh menilai keluarga ini, ibu mendapati buku kitab milikku yang selalu kubawa kemana mana. Gawat, kalau ibu tahu, aku pasti ketahuan. Buku kitab itu berasal dari saarne institute, semua rahasiaku tersimpan didalamnya, kalau ibu membuka kedokku, hancur sudah aktingku di keluarga ini. Saat itu aku benar benar ceroboh, aku tak sengaja meninggalkan buku kitabku di dalam kamar ketika aku diluar rumah.


Akhirnya ibu dan Gunnar, kakak laki lakiku sudah mengetahui aku yang sebenarnya. Aku ketahuan. Namun ayah belum mengetahuinya. Bahkan ibu tak suka lagi melihatku berdua dengan ayah. Sebelum itu terjadi, aku harus bertindak. Aku ingin melenyapkan ibu dan Gunnar. Namun tak semudah bayanganku. Ibu pun membeberkan rahasianya juga di hadapanku, yang bahkan tak diketahui oleh ayah. 


Sebuah fakta mengejutkan yang tak pernah kubayangi sebelumnya. Esther putrinya sebenarnya tidak hilang, gadis malang itu sudah mati, ia terbunuh yang tak lain pelakunya adalah ibu dan Gunnar. Sial, selama ini bukan mereka yang aku bodohi, melainkan aku yang dibodohi mereka. Baru kali ini aku benar benar bodoh.


Ayolah Leena... bagaimana mungkin kau salah memasuki keluarga. Kalau seperti ini aku berhadapan dengan sesama pembunuh jadinya. Sulit untuk mengelabui mereka.

Namun Ibu tetap membiarkanku berperan sebagai Esther, agar rahasianya terjaga dan ayah tidak boleh mengetahuinya. Menarik juga, aku jadi lebih sering menghabiskan waktu berdua dengan ayah. Kurasa aku sudah benar benar jatuh cinta dengan pria itu.


Suatu malam, ayah belum pulang ke rumah. Hanya kami bertiga yang ada dirumah. Akhirnya terjadi cekcok antara aku, ibu, dan Gunnar. Mereka mencoba menghalangiku. Aku bersembunyi diruang lukis ayah, namun Gunnar mengetahui keberadaanku. Bocah sok tahu ini berhasil aku lenyapkan. Aku berhasil membunuhnya. Dengan tubuh yang berlumuran darah, ibu melihatku. Ia berteriak dan bersimpuh di tubuh tak bernyawa anaknya. Melihat ibu yang lengah, aku memanfaatkan kesempatan itu. Aku berlari ke dapur dan membakar isi dapur hingga api menyebar melahap rumah ini. Aku berusaha keluar lewat jendela kamar, dan merangkak menggapai atap rumah untuk menyelamatkan diri. Tiba tiba kakiku terasa di tarik, ah rupanya wanita itu berhasil mengejarku. Merepotkan. 


Walau aku berhasil selamat dari kobaran api, Tricia tetap mengawasiku. Aku hendak mendorongnya agar wanita itu jatuh, namun tubuhku justru ikut jatuh. kaki kami pun sudah menggantung ke bawah. Hingga akhirnya yang kutunggu pun tiba. Allen, ayahku pulang ke rumah, ia terkejut melihat rumahnya terbakar. Ditambah melihat kami yang menggantung di atap rumah. Allen naik ke atas, berusaha menyelamatkan aku dan Tricia. Tricia langsung berteriak dan memberitahu pada Allen kalau aku seorang wanita dewasa. Namun tampaknya Allen tak percaya, ia tetap berusaha menggapai tangan kami. Namun, Tricia hilang keseimbangan dan terjatuh dari atap rumah. Hanya aku yang selamat, Allen segera menarik tubuhku. Jujur saja, aku senang melihat Tricia kalah dariku. Allen membawaku ke atap rumah, aku langsung menyatakan perasaanku padanya. Allen terkejut, ditambah ia melihatku berlumuran darah bekas penyiksaanku pada Gunnar. Ia mencengkeram pipiku hingga gigi palsuku terlepas. 


Kukira Allen akan mempercayaiku, namun aku salah, ia berteriak padaku dan menanyakan siapa diriku sebenarnya. Sebelum aku melontarkan sandiwaraku, Allen justru terjatuh dari atap rumah dan menyusul istrinya. Aku berteriak memanggil namanya, tak terima Allen mati, aku masih ingin bersamanya. Namun semua itu sudah terjadi, aku hanya membisu menatap dua tubuh tergeletak di bawah sana. Beberapa mobil damkar berhenti didepan rumah, sebelum itu aku turun dan meninggalkan semua properti 'gadis kecilku' dan pergi dari rumah itu, Mencari 'mangsaku' selanjutnya.


- the end -













Inspired by Film 'Orphan First Kill'

Restory by Carissa A Kurniawan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Lovely Bones

Namaku Salmon. Seperti nama ikan. Nama depanku adalah Susie. Aku terbunuh pada tanggal 6 Desember 1973. ... Saat itu awal musim dingin di bulan Desember, masih tersisa daun daun kering sisa musim gugur. Ketika hari sudah petang, aku pulang dari sekolah menempuh jalan yang dekat menuju rumahku. Dari sinilah semua kebahagiaanku terenggut ketika bertemu seorang pria yang merupakan tetanggaku. Mr. Harvey namanya. Aku bertemu dia tepatnya di area ladang jagung yang kebetulan sepi. Mr. Harvey menyapaku kemudian membujukku dengan alasan melihat hasil karya yang baru saja dibuatnya. Sebuah ruangan bawah tanah di tengah ladang tandus tersebut. Sekilas memang tak ada yang dikhawatirkan. Setahuku Mr. Harvey tinggal sendiri dirumahnya. Pekerjaannya membuat boneka boneka untuk anak anak. Kupikir tak ada salahnya jika melihat sebentar hasil karya Mr. Harvey tersebut. Ketika masuk ke ruangan itu, Mr. Harvey dengan gembiranya menunjukkan pajangan serta boneka yang dibuatnya. Ketika merasa aku harus pu...

Harry Potter's shop

                Palace theatre, London Is this the place that I've been dreaming of? It's my favourite!! Aaaahh ini seneng banget saya liatnya.. ini salah satu mimpi saya banget untuk bisa kesana Thank uu friend, udah fotoin.. tau banget yg saya suka Auu ah pokoknya jika kesana, saya wajib mampir ke place place and studio of Harry Potter